Merubah paradigma untuk meraih asa.

Banyak kita lihat lulusan Sekolah Menengah, Diploma, Sarjana, Master bahkan Doktoral yang pintar-pintar setelah tamat sekolah jadi “pengacara” alias Pengangguran nggak ada acara. Kalau ditanya kenapa mereka memilih pengangguran, kebanyakan mereka mengatkan susah mencari pekerjaan.. Betulkah pekerjaan susah dicari?? Sebetulnya tidak juga, yang nama nya pekerjaan itu sangat banyak dan tidak akan pernah habis. Hanya saja banyak lulusan yang berstatus pengacara lebih memilih menunggu lowongan PNS atau lowongan dari perusahaan swasta.

Hidup ini bergerak dari pilihan ke pilihan, kita dikasih Tuhan hak untuk memilih, pekerjaan bidang apa yang ingin kita tekuni. Karena dengan menekuni suatu bidang pekerjaan sampai membuat kita menjadi paling ahli di bidang tersebut, akn membuat kita lebih bernilai di mata orang lain. Banyak hal penyebabnya salah satu nya adalah gengsi. Padahal kita lihat banyak lahan-lahan produktif belum difungsikan, banyak SDA yang belum diproses, banyk pekerjaan-pekerjaan yang orang menganggap sebelah mata, tapi disitu ada celah untuk mendapatkan uang yang lebih besar dari gaji seorang PNS atau gaji karyawan swasta, misalnya pengepul barang bekas, sales industri kecil dan menengah, industri kreatif, dll.

Dari kecil orang tua kita sering mengatakan, rajin belajar agar bisa sekolah di sekolah yang bagus atau sekolah negri, misal waktu SD disuruh rajin belajar agar diterima di SMP negri, kemudian di SMP diminta rajin belajar agar diterima di SMA negri, ketika SMA kita dimotivasi untuk belajar lebih giat lagi agar bisa di terima di PTN, waktu di PTN kita diminta serius kuliah agar bisa diterima kerja di tempat yang bagus. Berita buruk nya, jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah lulusan yang mencari pekerjaan. Gap nya pun sangat besar. Ketika di bangku sekolah sampai kuliah ada parameter untuk menilai keberhasilan kita misal ada Rapor di sekolah dan IP di Perguruan Tinggi.

Kita tidak menyalahkan harapan orang tua, hanya saja kita harus melihat dengan rasional antara harapan dengan realita, paradigma yang salah akan menyebabkan kita menjadi kebingungan, waktu sekolah ada target yang akan kita raih (lulus di Sekolah Negri) dan ada nilai untuk mengukur kemampuan kita (rapor dan IP). Ketika tamat kuliah dengan nilai bagus dan mungkin dari PT bergengsi, tapi dewi fortuna belum memihak kita sehingga belum memperoleh pekerjaan yang menurut kita ideal. Apa yang salah? Kita lihat paradigma kita, setelah tamat sekolahatau kuliah kita ingin mendapat pekerjaan di tempat yang cocok menurut imajinasi kita, realita nya tidak sesuai harapan. Artinya disini kita harus merubah paradigma kita dari “mencari pekerjaan” menjadi “mencari uang”. Bukan kah tujuan kita bekerja untuk mendapatkan uang?? Ketika kita memikirkan bagaimana mendapatkan uang, maka akan banyak jalan yang kita lihat dan terbuka. Tinggal menanggalkan baju gengsi tadi, kemudian agar kita bisa berjalan dalam garis tujuan kita, ideal nya kita harus banyak bermimpi besar, tuliskan mimpi-mimpi besar tersebut kapan kita ingin meraihnya, apa usaha untuk bisa mewujudkannya, berapa besar biaya agar mimpi itu jadi nyata, siapa orang-orang yang bisa membantu kita untuk mempercepat mimpi itu jadi realita, dan ada batas waktu untuk menggapai mimpi itu. Dari sekarang mari kita tulis tujuan hidup kita menurut mimpi-mimpi besar kita, dan mimpi-mimpi besar kita yang kita tulis itu, harus kita baca sebanyak mungkin setiap hari agar tertanam di alam bawah sadar kita, sehingga memacu adrenalin kita untuk lebih kreatif, mulai lah merubah paradigma dengan mencari uang dan menanggalkan gengsi yang menghambat langkah kita untuk berhasil. Kemudian agar kita lebih selektif dan tidak tergoda dengan berbagai rayuan dari luar, mari kontrol diri kita dengan membuat laporan keuangan sehari-hari atau biasa disebut cashflow untuk pengganti rapor kita waktu di sekolah dulu. Insya Allah dalam 5 tahun atau 10 tahun kedepan kita akan kaget dengan pencapai-pencapaian besar kita.

Jangan lupa belajar lah pada ahlinya yang lebih dahulu melakukannya untuk bidang yang kita minati, karena kita ini hanya mengikuti jejak-jejak pendahulu-pendahulu di bidang tersebut.

Tinggalkan komentar